Rabu, 30 November 2011

Latar Belakang Kitab Kidung Agung


KITAB KIDUNG AGUNG

Pendahuluan
            Kidung Agung merupakan kitab yang sangat jarang dikhotbahkan di dalam kebaktian-kebaktian gerejawi. Kitab ini dianggap tabu untuk disampaikan kepada jemaat. Gereja tidak diperbolehkan menyampaikan sesuatu yang berbau “vulgar” di dalam ibadah. Pemahaman seperti ini merupakan pemahaman yang keliru, akan tetapi banyak berkembang di dalam kehidupan orang percaya. Banyak orang yang belum memahami bahwa Kidung Agung merupakan firman Tuhan yang diwahyukan kepada manusia. Tujuannya untuk membuat manusia semakin mengenal pribadi Tuhan yang penuh dengan cinta kasih.  


Judul
            Dalam kanon Ibrani kitab ini diberi nama berdasarkan dua kata pertama yang muncul di 1:1, yaitu šîr haššîrîm. Secara hurufiah ungkapan ini berarti “nyanyian dari nyanyian-nyanyian”.
Struktur seperti ini dalam tata bahasa Ibrani seringkali menyatakan makna superlatif, yaitu
nyanyian yang paling indah. Struktur yang sama dapat ditemukan pada ungkapan “maha
kudus” (Kel 29:37), “langit mengatasi segala langit” (Ul 10:14), “hamba yang paling hina”
(Kej 9:25).
Berbagai Alkitab bahasa Inggris memilih terjemahan hurufiah sesuai dengan teks Ibrani yang dipakai, yaitu “Song of Songs”. LAI:TB mencoba memperjelas makna yang dikandung
dengan memberi judul “Kidung Agung”, walaupun makna yang lebih pas mungkin adalah
Kidung Teragung”. Sebagian orang lebih suka menyebut kitab ini dengan “Canticles” yang
diadopsi dari versi Latin Vulgata “Canticum Canticorum”. Judul “Canticles” memiliki arti
yang sama persis dengan “Song of Songs”.  




Penulis
            Salomo merupakan penulis kitab Kidung Agung[1]. Ada beberapa data yang mendukung pandangan ini.
(1)   Kitab ini dimulai dengan frase “Kidung Agung  dari Salomo” (1:1);
(2)   Nama “Salomo” pun muncul beberapa kali dalam kitab ini (1:53; 3:7, 9, 11; 8:11-12), walaupun pemunculan ini tidak selalu mengarah pada kepenulisan Salomo (ada kemungkinan Salomo hanyalah tokoh utama dalam kitab ini, tetapi bukan sebagai penulis);
(3)   Bagian Alkitab yang lain memberi kesaksian eksplisit tentang keahlian Salomo dalam menulis lagu (1Raj 4:29-34);
(4)   Penyebutan beberapa tempat (Yerusalem, Karmel, Sharon, En-Gedi, Lebanon, Hermon, Terzah, dsb) mengarah pada masa kerajaan Salomo sebelum terpecah;
(5)   Penyebutan berbagai flora dan fauna sangat sesuai dengan pengetahuan Salomo yang luar biasa tentang alam (1Raj 4:32-33);
(6)   Pujian seperti kuda betina Firaun (1:9) cocok dengan upaya Salomo mendatangkan kuda dari Mesir (1Raj 10:28).

Tahun Penulisan
            Antara 965 dan 960 SM.

Ayat Kunci
            Kidung Agung 8:6Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!



Tema-tema Kunci
1.      Kenikmatan cinta
"Betapa nikmat kasih-Mu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu daripada anggur" (Kid 4:10). Lihat juga Kid 1:2,4; 7:6
2.      Kuatnya cinta
"Taruhlah aku seperti meterai pada lenganmu; karena cinta kuat seperti maut" (Kid 8:6).
3.      Janji perkawinan
"Aku kepunyaan kekasihku dan kepunyaanku kekasihku" (Kid 6:3). Lihat juga Kid 2:16; 7:10
4.      Nilai cinta
"Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina" (Kid 8:7)
5.      Cinta tidak boleh dianggap enteng
"Kusumpahi kamu, putra-putri Yerusalem: mengapa kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya? (Kid 8:4). Lihat juga Kid 2:7; 3:5.

Karakteristik Kidung Agung
Kitab ini berisi ungkapan cinta dalam bahasa dan gambaran yang sangat sensual. Pembacaan sekilas pun sudah cukup untuk menangkap nuansa erotis dalam kitab ini. Ungkapan seperti ini bagi sebagian orang bahkan terkesan sangat vulgar.  Keunikan lain berkaitan dengan minimnya atau bahkan tidak adanya nama Allah yang muncul di kitab ini.

Struktur Sastra Kitab Kidung Agung[2]
 [1] PENGENALAN TOKOH-TOKOH Kid 1:1-2:7
Kid 1:1-7               Mempelai perempuan menyatakan cintanya
Kid 1:8-11             Reaksi kekasihnya
Kid 1:12-14           Mempelai perempuan membandingkan kekasihnya dengan minyak wangi
Kid 1:15-2:2          Saling memuji
Kid 2:3-7               Mempelai perempuan berbahagia di samping kekasihnya
 
[2] MEMPELAI LAKI-LAKI DATANG Kid 2:8-3:5
Kid 2:8-13             Mempelai perempuan menanti untuk menyambut kekasihnya
Kid 2:14,15           Mempelai laki-laki mencarinya
Kid 2:16-3:5          Impian pencarian dan penemuan
 
[3] PESTA PERKAWINAN Kid 3:6-5:1
Kid 3:6-11             Iring-iringan Salomo
Kid 4:1-15             Mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan
Kid 4:16                Undangan mempelai wanita
Kid 5:1                  Jawaban kekasihnya
[4] KEDUA KEKASIH SALING MEMUJI Kid 5:2-7:9
Kid 5:2-8               Kunjungan yang tiba-tiba
Kid 5:9                  Pertanyaan dari teman-teman
Kid 5:10-16           Mempelai perempuan memuji kekasihnya
Kid 6:1                  Teman-temannya membantu mencari kekasihnya
Kid 6:2,3               Dia berada di kebun
Kid 6:4-7:9            Mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan
 
[5] KENIKMATAN CINTA Kid 7:10-8:14
Kid 7:10-8:4          Keduanya sejodoh
Kid 8:5                  Teman-temannya memperhatikan kebersamaan mereka
Kid 8:6,7               Cinta tidak ternilai
Kid 8:8,9               Adik mempelai perempuan
Kid 8:10-12           Bahagianya dicintai
Kid 8:13-14           Pernyataan akhir
 
Tujuan
            Tujuan utama dari kitab ini adalah memberikan pelajaran rohani dan merupakan pengagungan terhadap hakekat manusia sebagai laki-laki dan perempuan (Kej 1:26; 2:4-7, 18-24). Kitab ini menegaskan kebaikan Allah dalam memberikan cinta dan seksualitas kepada seorang laki-laki dan perempuan dalam sebuah pernikahan (2:3-7, 16; 7:9-12; bdk. Ams 5:15-20; Pkt 9:9; Mal 2:14-16). Seks bukanlah sebuah dosa. Sebaliknya, seks justru merupakan sarana memperoleh sukacita dan kenikmatan bersama yang berguna untuk membangun serta memperkaya sebuah relasi (6:2-3; 7:10-13; 8:1-3; bdk. Ams 5:19; 1Kor 7:1-5).[3]

---o0o---

Referensi (Sumber Utama):
Internet
  1. Lembaga Alkitab Indonesia didapat dari http://operatif.blog.com/2010/12/07/kitab-kidung-agung/ diakses 14 Nopember 2011
  2. Pengantar Perjanjian Lama Bab XXIV; Kitab Kidung Agung http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=stuktur%20kitab%20kidung%20agung&source=web&cd=2&ved=0CCYQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.gkri-exodus.org%2Fimage-upload%2FBIBPPL2_24_Kidung.pdf&ei=q5TATsyo DMvjrAfv1MUb&usg=AFQjCNE1FXppTlN_H5110JuMYD70gnJylQ&cad=rja diakses 14 Nopember 2011


[1] Penerimaan terhadap kepenulisan Salomo tentunya menimbulkan banyak pertentangan. Beberapa alasan keberatan terhadap pandangan tradisional adalah:
1.       Kata depan  le pada frase šîr haššîrîm ‘ašer lišlōmōh di 1:1 bisa diartikan “dari Salomo”, “kepada Salomo”, “mengenai Salomo”. Arti ke-2 dan ke-3 dianggap lebih tepat.
2.       Gaya bahasa yang dipakai dalam kitab ini merujuk pada masa yang jauh lebih kemudian daripada jaman Salomo. Argumen ini termasuk penggunaan beberapa kosa kata Persia, Yunani dan Aramik serta penggunaan tata bahasa yang tidak termasuk Ibrani kuno, misalnya kata ganti penghubung “yang” (še), padahal dalam Ibrani kuno dipakai ‘ašer.
3.       Gambaran kasih Salomo di Kidung Agung tidak sejalan dengan kisah hidupnya yang nyata. Kalau dalam kitab ini ia tampak sangat mengagungkan loyalitas cinta sejati pada satu orang, tetapi dalam realita ia memberikan cinta pada banyak wanita (1Raj 4:4-6; 11:1). Terkait dengan hal ini, jika kehidupan pribadi Salomo berbeda dengan konsep kasih di Kidung Agung, bagaimana mungkin tulisannya dapat dianggap sebagai kitab suci?
4.       Salomo relatif jarang disebut dalam kitab ini (namanya hanya muncul 7 kali). Peranannya pun dianggap tidak terlalu dominan. Jika ia adalah pengarang yang melukiskan kehidupan cintanya, seharusnya ia mendapat porsi lebih besar. 
[2]“Kidung Agung” didapat dari http://sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=22&intro=pintisari diakses tanggal 14 Nopember 2011. Ada yang meringkas struktur Kidung Agung menjadi lebih mudah dipahami seperti di bawah ini:
1)       Hasrat cinta yang kuat (1:1-2:7)
2)       Kerinduan ketika berpisah dan kebahagiaan dalam pertemuan (2:8-3:5)
3)       Kekaguman yang mendalam (3:6-5:1)
4)       Kerinduan ketika berpisah dan kebahagiaan dalam pertemuan (5:2-8:4)
5)       Keindahan cinta (8:5-14)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar